REPORTIKANEWS.COM – Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) kian menghantui para pekerja di Indonesia. Badai PHK diperkirakan masih mengancam karena banyak industri yang lesu imbas kurangnya pesanan dari mitra dagang.
Selain di sektor manufaktur, PHK juga telah menimpa perusahaan rintisan startup di dalam negeri. Alasannya pun tak jauh berbeda, yakni melemahnya kinerja bisnis.
Oleh karena itu, para pekerja perlu waspada jika amit-amit menyusul kena PHK. Sebagai langkah antisipasi, pekerja bisa mulai menyisihkan pendapatan dan mengendalikan belanja agar punya dana ‘penyelamat’ jika kena PHK.
Lantas, belanja apa saja yang harus dikendalikan oleh pekerja untuk antisipasi jika terkena PHK?
1. Belanja makanan
Perencana Keuangan dari Advisor Alliance Group (AAG) Indonesia Dandy mengatakan untuk risiko terkena PHK sendiri pastinya perlu siapin retrenchment fund atau dana penghematan setidaknya sebesar tiga kali gaji bulanan.
Untuk mengumpulkan dana itu, Anda bisa mulai mengendalikan belanja makan. Anda perlu menghemat dana untuk belanja makan dengan cara memasak sendiri di rumah. Hindari makan di luar yang memakan dana cukup banyak.
“Menghemat dari makanan kalau biasanya makan beli di luar bisa mulai dengan memasak sendiri agar lebih murah,” kata Dandy kepada CNNIndonesia.com, Jumat (25/11).
Selain itu, kurangi juga ngopi-ngopi di tempat mahal. Jika tetap ingin ngopi, pilihlah tempat yang lebih terjangkau. “Kopi yang biasanya Starbucks bisa di ganti dengan yang lebih terjangkau harganya,” ujar Dandy.
2. Belanja hobi dan nongkrong
Dandy menyarankan Anda bisa mulai mengendalikan belanja untuk hobi dan jalan-jalan atau nongkrong. Anda bisa menunda dahulu belanja hobi untuk sementara waktu sampai memiliki dana penghematan yang cukup.
“Untuk beli barang yang kurang dibutuhkan seperti barang hobi mungkin bisa ditunda dulu sementara sampai setidaknya bisa mengumpulkan retrenchment fund tadi,” katanya.
Sementara untuk nongkrong bisa dikurangi intensitasnya. Jika biasanya Anda nongkrong setiap akhir pekan, bisa dikurangi menjadi sebulan dua kali atau sebulan sekali. Hal ini perlu dilakukan karena nongkrong biasanya memakan dana yang tidak terduga.
3. Belanja yang membawa komitmen jangka panjang
Perencana Keuangan OneShildt Consulting Budi Rahardjo mengatakan langkah pertama yang harus diambil adalah mengendalikan belanja yang membawa komitmen jangka panjang. Misalnya membeli suatu barang konsumtif yang bukan prioritas dengan cicilan jangka panjang.
Hal ini harus dikendalikan, apalagi jika barang konsumtif tersebut menimbulkan biaya tambahan untuk pemeliharaan atau pajak yang tinggi.
“Di saat pekerja harus mewaspadai apabila ada gangguan penghasilan, maka pengeluaran tambahan dengan komitmen panjang ini perlu dihindari,” kata Budi.
Ia menambahkan sebaiknya dalam membeli barang-barang tersebut dilakukan secara tunai alias jangan mengutang.
4. Belanja gaya hidup
Budi menuturkan belanja gaya hidup harus mulai dikurangi. Terlebih jika itu memang tidak begitu mendesak.
Menurutnya dana untuk belanja ini bisa dialokasikan untuk hal-hal yang lebih penting seperti menabung.
Adapun jika ingin tetap belanja yang sifatnya gaya hidup, uangnya sebaiknya telah dianggarkan secara khusus sejak jauh-jauh hari.
“Serta tidak mengganggu rencana-rencana keuangan serta kebutuhan lainnya yang lebih prioritas,” katanya.
5. Persiapkan tabungan darurat
Selain mengendalikan belanja, Budi juga menuturkan jika perusahaan tempat Anda bekerja mulai ekonominya mulai lesu, Anda perlu mempersiapkan diri untuk membekali keuangan rumah tangga dengan tabungan dana darurat.
Ia menyebut dana tabungan darurat yang memadai idealnya paling tidak sebesar 3-6 bulan pengeluaran.
“Mulailah meminimalisir pengeluaran dengan menunda pengeluaran yang kurang penting sampai situasi dianggap sudah membaik dan stabil,” imbuh Budi.
Selain itu, hindari juga investasi-investasi yang berisiko tinggi, kecuali apabila memang dana yang digunakan adalah dana dingin jangka sangat panjang.
Sumber: CNN