REPORTIKANEWS.COM – Senior Upstream Oil Industry Analyst Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) Mohammad A. Al Kazimi mengatakan investasi pengembangan minyak dan gas diyakini membutuhkan dana jumbo atau lebih dari Rp187.000 triliun atau Rp187 kuadriliun.
“Menatap tahun 2045, proyeksi kami menunjukkan bahwa investasi lebih dari US$12 triliun akan dibutuhkan di hulu, tengah, dan hilir,” katanya pada acara “3rd International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas 2022” di Badung, Bali, Kamis (24/11/2022).
Kazimi menjelaskan bahwa pendanaan sektor migas yang baik bakal memberikan banyak manfaat.
Hal tersebut karena tantangan yang mendesak. Selain memasok sumber energi yang sangat diperlukan untuk gaya hidup, industri ini juga menyediakan banyak pekerjaan bergaji tinggi, berketerampilan tinggi, dan stabil.
Saat ini, permintaan energi global tumbuh signifikan. Meski begitu, Kazimi menuturkan bahwa kemiskinan energi tetap menjadi masalah utama.
“Penting untuk diingat bahwa pada tahun 2020 sekitar 733 juta orang masih tetap tanpa akses listrik dan sekitar 2,4 miliar orang masih kekurangan akses ke solusi memasak bersih. Ini terhitung sepertiga dari populasi dunia,” jelasnya.
Dengan kebutuhan investasi yang besar, tampaknya pencarian dana di sektor migas agak tersendat. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan bahwa dorongan untuk transisi energi demi memenuhi target yang lebih hijau membuat sektor keuangan berhenti mendanai proyek minyak dan gas atau migas baru.
“[Sektor keuangan] memberikan lebih banyak dana untuk pembangunan terbarukan. Hal ini menyebabkan kurangnya investasi dalam eksploitasi minyak dan gas,” katanya di acara yang sama, kemarin. Menyikapi transisi tersebut, Arifin menjelaskan bahwa sejumlah perusahaan migas melakukan diversifikasi operasi. Salah satunya adalah dengan berinvestasi di bidang noninti, seperti pengembangan energi terbarukan, kelistrikan, dan baterai.
“Namun, meskipun dengan tantangan tersebut, permintaan minyak dan gas masih tumbuh terutama di wilayah berkembang seperti India, Afrika, dan Asia di mana pertumbuhan ekonomi, urbanisasi, industrialisasi, dan kendaraan akan melonjak secara signifikan,” jelasnya.
Sumber: Bisniscom