SUKABUMI, JAWA BARAT-Musim penghujan sejumlah pengrajin gula aren di Kecamatan Waluran Kabupaten Sukabumi, mengalami penurunan. Pasalnya, sadapan biang gula aren terhambat dengan cuaca penghujan, selain susah memanjat ditambah sadapan sering tercampur air hujan.
Hal tersebut diutarakan Abah Munir (58) pengrajin gula aren asal Desa / Kecamatan Waluran. Ia mengatakan selama musim penghujan di dua bulan terakhir tahun 2022. Hasil produksi bahan baku gulan aren mengalami penurunan.
“Pohon aren licin kalo musim hujan gini. makanya saya tidak setiap hari memasang alat sadapan, paling sekarang satu minggu dua kali, itu pun kalo tidak hujan,” ujar Abah Munir, saat dikonfirmasi melalui telepon seluler, Minggu (25/12/22).
Abah menjelaskan, bahan baku gulan aren yang dihasilkan disetiap pohon tidak maksimal. Untuk memenuhi konsumen, gula aren yang dihasilkan di jual sedikit naik dari harga biasanya.
“Peminat gula aren asli selalu ada, apalagi buatan pengrajin seperti kami masih dengan cara tradisonal. Rasapun manis gula aren sangat berbeda dengan gula aren yang dibuat denga mesin,” jelasnya.
Abah memaparkan, di cuaca penghujan biang nira yang dikumpulkan 50 liter nira disetiap produksi. Padahal, di musim normal mencapai 100 liter biang nira.
“Saat ini produksi gula merah yang dihasilkan sedikit menurun, yang biasanya sekitar 100 liter, sekarang menurun drastis hingga 50 liter. Untuk memenuhi pesanan pelanggan juga tidak terpenuhi,” papar Abah.
Rokayah (50) istri Abah Munir, menambahkan, menurunya hasil produksi gula sangat berdampak terhadap pendapatan. Untuk memenuhi kebutuhan keluarga, mengadakan hasil penjualan gula aren buatnya.
“Harga gula terpaksa sedikit dinaikan, sebelumnya Rp 25 ribu/kg sekarang bisa Rp 40 ribu/kilo atau perbonjor. Penghasilan saat ini paling bagus sekitar 100 ribu setiap harinya. Padahal sebelumnya bisa 200-300 ribu, mau bagaimana lagi paktor cuaca,” tandasnya.**
Reporter : M Bintang Rafael.
Editor. : Rudi Samsidi.



















